Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2021

SAJAK: Bukan Tentang Ci(N)ta

  Telah lama jari jemari ini terdiam membeku Mewakili membekunya sebuah rasa  Ada rindu yang bergejolak menarik diri ke permukaan Agar tinta-tinta hitam itu  hadir kembali Aku abaikan berbagai rasa dalam jiwa Yang ingin dilontarkan melalui sebuah kata Ah, huruf demi hurufnya telah mati satu demi satu Kalaupun kembali, sajak-sajak itu tak seindah sebagaimana mestinya Sajak-sajak itu mulai membeku  kedinginan Meratapi keadaan diri yang begitu kehilangan Bukan tentang kehilangan dia atau mereka Tetapi kehilangan jati diri sendiri yang sebenarnya Tentang siapa dan kemana. Mengapa dan bagaimana. Siapa diri ini sebenarnya? Kemana kaki selanjutnya melangkah? Mengapa rasanya kaki beranjak namun hanya diam di tempat? Bagaimana jika ingin beranjak pergi, namuan kini tak tahu arah?

NARASI: Ragil

                           Rumit, cukup rumit. Ketika kita dihadapkan pada beberapa permasalahan yang terkurung dalam satu waktu. Kisah persahabatan, keluarga, cita-cita, dan cinta yang mungkin akan membuat kita berpikir lebih jauh dan mendalam. Tentang apa yang harus diperjuangkan. Tentang apa yang harus dikorbankan. Tentang apa yang akan dipertahankan. Tentang melepaskan. Dan belajar menerima kehilangan.           Iya.... namaku Biru. Penulis sudah menceritakan sekilas tentang kehidupan masa kecilku yang suram. Entahlah, mungkin di sesi berikutnya ia akan melanjutkannya untuk membuka kembali kenangan kehidupan masa-masa kecil ku dan mengajaknya berdamai mungkin. Semangat yaaaa penulis, kau akan membuka luka lama yang sudah ku tutup rapat-rapat, mengorek-ngoreknya kembali, dan berusaha berdamai dengan masa inner child ku.         Aku Biru. Aku di sini sedikit membantu penulis saja dalam menjelaskan bagaimana karakterku. Aku adalah anak terakhir dari beberapa bersaudara. Yups Ragil, ya

CERSING: Merindukan Sepenggal Kasih Ibu

2006      Gadis itu berlari kecil menghampiri seorang perempuan paruh baya yang berdiri di ambang pintu. Tanpa ia sadari, hari itu adalah hari terakhir dirinya menikmati masa kanak-kanak bersama sosok seorang Ibu. Saat itu dirinya masih duduk di kelas 3 SD. Wajahnya yang polos dan lugu. Jujur dan mudah percaya. Manja dan juga rapuh di dalamnya. "Mama pergi ke Bandung berapa lama? Gak lama kan ya?" tanya gadis kecil itu. "Sebentar sayang, paling cuma satu minggu." jawab ibunya.     Gadis kecil itu hanya bisa tersenyum. Walau hanya sebuah jawaban, tapi baginya diartikan sebagai sebuah janji tersirat di dalamnya. Berharap bahwa itu adalah kebenaran. Keluguannya selalu memancarkan sebuah kepercayaan. Percaya pada orang lain. Percaya akan sebuah kebohongan. Hingga waktu terus berlalu. Hari demi hari, berganti ke minggu, beralih menjadi bulan, kemudian menjadi tahun demi tahun. Di rumah ia hanya tinggal dengan dua seorang lelaki, ayah dan kakaknya. Dia juga dititipkan pad

SAJAK: Titik Nol

Malam semakin larut Angin dingin mulai kembali menyapa lewat jendela Berusaha mengetuk jendela kaca  Sekaligus berupaya mengetuk pintu hati Tanpa ia sadari, Dinginnya yang ia bawa untuk menyapa Telah membekukan pintu hati Rapat... rapat... Tak terbuka. Hujan mulai turun Menjadi teman setia menghabiskan malam Mata yang berkaca-kaca Dan hati yang mulai hampa Kosong...  Lengang.... Sepiii... Sedu dan Sedan. Dunia kembali pada titik Nol Pada Duniaku, lebih tepatnya. Malang, Maret 2021...